Selasa, 28 Desember 2010

Kamis, 23 Desember 2010

info HIV AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejalah penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Rusaknya sistem kekebalan tubuh mengakibatkan penyakit yang tidak berbahaya pun dapat berakibat fatal bagi orang yang terinfeksi HIV. HIV/AIDS sudah menjadi pandemi dunia dari tahun 1981 hingga tahun 1985 telah terdapat sebanyak 15.000 orang mengidap AIDS, dan 10.000 orang diantaranya berada di Amerika Serikat. Enam tahun setelah itu, yaitu tahun 1991 terjadi peningkatan yang amat tinggi yaitu mencapai sekitar 270.000 orang (Adam, 2008).
Menurut catatan atau taksiran WHO (World Health Organization), sejak tahun 1992, setiap menit tidak kurang dari 3 (tiga) orang di seluruh pelosok dunia ini ada yang terkena infeksi virus AIDS. Sedangkan dalam sehari semalam, jumlah menit adalah 1. 440 (seribu empat ratus empat puluh) menit, maka dalam sehari semalam, jumlah orang yang terinfeksi AIDS, adalah 3 x 1. 440 orang atau sama dengan 4. 320 orang (Vrisabah, 2001).
Epidemi HIV/AIDS di Indonesia adalah salah satu yang pertumbuhannya tercepat di Asia. Estimasi terbaru adalah 193,000 orang hidup dengan HIV di Indonesia (NAC RI, 2007). Mayoritas penderita HIV diestimasikan terjadi pada pengguna jarum suntik, pekerja sex komersil, dan homoseksual pria dan wanita. Sejak penemuan kasus pertama pada tahun 1987, telah ditemukan 6554 kasus HIV dan 16110 kasus AIDS secara kumulatif pada akhir tahun 2008. Hubungan heteroseksual yang tidak aman adalah model penularan yang pertama (7730 kasus AIDS) dan model penularan yang kedua adalah melalui penggunaan jarum suntik (6881 kasus AIDS) HIV/AIDS di Indonesia Reporterd thru Desember, 2008). Makassar adalah kota yang jumlah orang hidup dengan HIV tertinggi dibandingkan dengan kota dan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan. Sekurang-kurangnya 1.782 orang tercatat sebagai orang hidup dengan HIV di Makassar pada bulan Desember 2008 (Depertemen Kesehatan dan Statistik Indonesia, 2006).
Data terakhir dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Dinas Keshatan Sulsel menyebutkan, jumlah penderita penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini sudah mencapai 3105 jiwa. Dilihat dari klasifikasi jenis kelamin 2195 laki-laki, 628 perempuan dan 284 tidak terdeteksi, sedangkan datinjau dari usia <15 tahun 66 orang, 15-24 tahun 1403 orang, 25-49 tahun 1296 orang, >50 tahun 50 orang dan 290 orang darah donor. Tampak jelas bahwa remaja merupakan angka tertinggi yang terinfeksi HIV (September 2009).
Jumlah penderita HIV/AIDS (ODHA) ini diperkirakan jauh lebih besar. Fenomena HIV/AIDS diyakini ibarat fenomena puncak gunung es, yakni hanya bagian puncak saja yang terlihat, sedangkan bagian terbesar gunung yang ada di bawah justru tidak tampak. Kepala Biro Bina Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (Napza) Pemprov Sulsel Dwi Djoko Purnomo, memperkirakan jumlah ODHA di Sulsel mendekati 300.000 jiwa. Perkiraan itu mengacu pada data ODHA di Sulsel saat ini. Menurut Djoko, satu ODHA yang terdeteksi HIV/AIDS berbanding 100 orang yang belum terdeteksi. Sederhananya, jika jumlah ODHA yang terdeteksi sebanyak 2.889 jiwa, maka yang tidak berhasil terdeteksi mencapai seratus kali lipat dari jumlah itu. Perhitungan seperti itu,menurut Djoko berlaku umum dan dijadikan standar hitungan badan kesehatan dunia WHO. Djoko menyebut perlunya langkah penanggulangan HIV/AIDS secara berkesinambungan.
Laju peredaran narkoba sangat cepat di Makassar karena merupakan pintu masuk di kawasan Indonesia Timur. Ini akan memengaruhi jumlah pengidap HIV/AIDS karena keduanya berkaitan erat. Penderita HIV/AIDS terbanyak adalah pengguna narkoba suntik dari 2.889 kasus HIV/AIDS di Sulsel, sebanyak 1.572 kasus akibat penggunaan narkoba suntik. Faktor hubungan seks (heteroseksual) sejak tahun 2009 ini tergeser ke urutan kedua, yakni 582 kasus (Saduran, http://newsmakassarterkini.com, diakses tanggal 18 Januari 2010).
Belakangan anak yang hidup di jalan pengidap HIV/AIDS kian memprihatinkan. Anak yang hidup di jalanan rawan terkena Human immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Dari 144.889 orang anak jalanan, 8.581 anak terinfeksi HIV. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, Sri Astuti Soeparmanto menyatakan dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS. Ini disebabkan karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang seks education serta penularan HIV/AIDS pada mereka.
Propinsi Papua, misalnya, memiliki prevelansi paling tinggi di Indonesia. Menurut Bpk. Samuel, hal ini dikarenakan penularan epidemi virus HIV di Papua sudah merebak ke populasi umum (generalized), ketimbang di daerah-daerah lain yang masih berkisar di sub populasi tertentu (concentrated). Minimnya pengetahuan akan pentingnya hubungan ber-partner yang baik dan aman, kata Bpk. Samuel, menjadi salah satu penyebab utama penularan tersebut. “Kita lihat seberapa pentingnya dan seberapa fatalnya kalau kita tidak tahu,” ujarnya.